Rabu, 21 Desember 2011

Cerpen gak niat

Bab I

“Lu mau gak jadi cewek gua?”
Seketika Femi kaget melihat pernyataan dari Nanda tersebut, ia hanya bisa diam terpaku. Terbayang dibenak fikirannya sesosok Nanda yang sedang bergurau mengenai ungkapan isi hatinya yang baru saja ia sampaikan tadi. Perlahan Femi mulai bangkit dari tempat tidurnya, membuka kembali isi pesan yang Nanda kirimkan kepadanya, berulang kali ia baca, mencerna setiap kalimat yang ia sampaikan, dan membayangkan resiko yang mungkin ia terima jika ia bersedia menjadi pacar seorang cowok yang kuper.
“Vin, bisa bantu gua?” pinta Femi saat menelepon Vina
“Bisa sayong, what can I do for you?” sahut Vina
“Oke, gua tunggu di base camp kita !”
“Sipp, everything I do, I do it for you hahaha !”
“Azzz.. lebay kali kauu.. yowes jangan ngaret yee mpok,  Wasalam..”
Setelah mengakhiri telepon nya tersebut, Femi mulai bersolek, mencari pakaian yang cocok dan comfortable untuk ia gunakan ke Caffee Dandelion siang hari ini, T-shirt polo dan jeans tiga perempat kesukaan nya pun tak luput ia kenakan untuk menemaninya pergi. Tanpa ragu ia menyalakan mesin motor Soul nya dan melaju kencang tanpa melihat pengendara yang berlalu lalang di sekitarnya, berangkat dengan penuh harapan agar perasaan risau nya selama ini dapat di selesaikan.
“Sekarang siapa yang ngaret? Elu apa gua?” teriak Vina dengan nada menyindir
“Yaa sorry say, motor gua tadi ngadet gara-gara belom di service, spart part nya rusak karena gua sering pake buat ngebut ! hehehe” bela Femi dengan raut muka yang lugu
“Hmm.. lupakan, mau minta bantuan apa lu? kayak nya penting banget sampe kita harus ketemuan disini, emangnya ada apaan sih?” Tanya Vina tanpa basa-basi
“Elu tau nanda kan?”
“Yoo, whats wrong with him?”
“Dia nembak gua, dan sekarang gua bingung mau jawab apa? Di satu sisi gua mau fokus dulu ke pelajaran, tapi di sisi lain gua tuh berat buat nolak dia, dia kan pinter, baik, keren lagi, jarang banget ada spesies kayak gitu, langka euy tapi sayang dia kuper hahaha” jawab Femi
“What? Apa gua gak salah denger? Terima aja lagi Fem, daripada status lu gak jelas sama dia, lu kan udah lama pedekate lama sama dia, lagi pula dia anak baik-baik kok gak playboy kayak mantan-mantan lu ntu tuh hahaha !” kata Vina dengan santai nya
“Iyaa juga sih, tapi gua takut prestasi belajar gua menurun gara-gara pacaran, kayak lu gak liat aja, pas gua pacaran sama Agung peringkat gua di kelas jadi turun drastis dari ke-3 jadi ke-9, gila kan? Makanya gua bingung ! sela Femi dengan cepatnya
“Yee.. Nanda juga mikir resikonya kali kalo dia pacaran, makanya elu ngomong aja dulu sama dia, lu kasih tau kapan waktunya dia bisa smsan sama elu, dan kapan waktunya dia ngasih peluang untuk lu belajar !”
“Iyaa juga sih Vin, bener juga kata-kata elu tumben lu pinter say.. sarapan apa lu tadi pagi? Hahaha” ledek Femi dengan lucunya
“Hahaha Vinhae gitu loh, lu mau muji gua apa mau ngeledek nih?” sahut Vina dengan perasaan kesal
“Jangan marah dong ntik, aku kan cuma bercanda sayong, pesen makanan gih perut gua udah keroncongan nih, gua traktir deh... hahaha”
“Nah dari tadi dong kayak gitu, gua kan gak bakal ngambek hahaha !”
Saran dari Vina memang masuk akal dan mulai membuat Femi tak ambil repot memikirkan masalah itu, tapi kegalauan Femi masih tetap berlanjut bahkan setelah mendengarkan nasihat dari Vina yang kemungkinan besar analisis nya itu benar, hatinya bagai terombang-ambing terbawa ombak yang tak tentu arah. “Forget this problem, and enjoying this today” katanya dalam hati.


Bab II
“Tugas Bahasa Indonesia untuk pekan depan adalah membuat karya tertulis yaitu cerpen, buatlah satu karangan fiksi atau pun non fiksi, tema tidak di tentukan jadi kalian bebas menyalurkan imajinasi kalian !” jelas Bu Niky di depan kelas
“Tapi Bu, membuat cerpen itu kan gak secepat yang ibu kira biasanya novelis itu bisa sampai berbulan-bulan loh Bu, untuk membuat karya tertulisnya !” protes Dila yang tidak setuju dengan tugas tersebut
“Ibu gak minta karangan cerpen kalian tersebut itu selesai pada waktu yang ibu tentukan, ibu hanya ingin melihat tanggung jawab kalian dalam mengerjakan tugas tersebut!” tukas Bu Niky dengan cepatnya
“Hmm.. otak gua mampet nih, gak dapet ide sama sekali !” curhat Femi kepada Vina
“Hahaha kesian.. makanya jangan mikirin Nanda mulu !” ledek Vina
“Emang lu udah dapet tema cerita novel lu Vin?” Tanya Femi
“Udah dung, temanya tentang percintaan gitu, hahaha !”
Vina memang sesosok cewek yang dramatis, kejadian kecil pun bisa dibesar-besarkan oleh nya. Mungkin karena sifat dia yang terlalu memperumit keadaan dia bisa memperoleh ide yang sedemikian rupa. “CINTA” satu kata dari tema novel yang dibuat Vina, yang membuat hati Femi terasa terkoyak, dan masalah itu pun terbayang dibenak fikiran nya kembali, perasaan yang membuat hatinya dag-dig-dug dan membuat ia pusing 7 keliling. “Nanda” satu nama yang terlintas dan mengingatkan nya kembali akan peristiwa itu, dan...
“Ahaa..akhirnya dapet juga tema nya hahaha !” teriak Femi dengan senangnya 

BAB III
“Dan sampai saat ini tak ada jawaban untuk nya, sepatah kata pun tak pernah terlintas di benak fikirannya untuk menjawab pertanyaan rumit tersebut. Dan suatu ketika ia meminta, meminta jawaban atas pertanyaan nya, dan saat itu pun kebingungan melanda, tiba-tiba terucap kata dari bibir manisnya, kata yang membuat dirinya terbang melayang, dan saat itulah dimulai cerita mereka berdua, cerita tentang aku dan dia.....”
“Gilaa.. novel lu galau abis Fem, wah.. wah.. anggota Ababil bertambah dah ! wkwk” cakap Vina dengan ledeknya
“Kutipan novelnya aja udah galau gini, apalagi novel utuhnya emang berbakat lu Fem jadi novelis !” ucap Vina lagi
“Ssstttttt.. berisik amat sih lu, daritadi ngoceh mulu ! ketus Femi
Tiba-tiba berdiri seseorang di depannya, sosok yang membuatnya luluh seketika, dia adalah Nanda datang menghampiri Femi dengan meminta jawaban atas pertanyaan nya Minggu lalu, seketika hening menggelayuti mereka berdua, Vina yang berada di sebelah Femi seketika menjauh dari keadaan yang hikmat tersebut.
“Gimana? Masih butuh waktu buat mikir lagi?” tanya Nanda dengan gugupnya
“Hmm.. enggak kok !” jawab Femi dengan santainya
“Trus apa jawaban lu?”
“Hmm.. iyaa deh..”
“Maksudnya ‘iyaa’ apa nih? Elu nerima gua Fem? Elu mau jadi pacar gua Fem?”
“Iyaaa.. bawel !”
Seketika mendengar pernyataan Femi tersebut Nanda yang gugup pada awalnya langsung berteriak kencang, entah apa yang membuatnya seperti itu. Tapi terlihat dari raut wajahnya yang sumringah sekaligus senang. Dan semua teman-teman kelasnya pun menghujani mereka dengan ucapan selamat. Selamat untuk status baru mereka yaitu “berpacaran”
“Seketika berdering telepon genggamku, yang ku pegang erat di tangan mungilku. Perlahan ku buka, dan ku baca. Ternyata pesan darinya, dari dia yang ku tunggu dan ku nantikan. Terlihat beberapa kata teruntai, kata yang membuat hatiku seketika meledak seperti bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, dan ucapan yang membuatku dag-dig-dug, yaitu ucapan sayang dari dirinya..”
Setelah menulis satu bait dari kutipan novel tersebut, tiba-tiba handphone Femi pun berbunyi. Pesan dari Nanda, kalimat tersebut pun muncul di layar handphone nya . Seketika ia pun terdiam, entah apakah arti keadaan ini ataukah suatu kebetulan semata, disaat ia sedang membayangkan sesosok Nanda dalam cerita fiksinya, beberapa menit kemudian hal tersebut terjadi di dunia nyata.
“Ah.. mungkin ini hanya sebuah kebetulan !” ucap Femi
Dan siang itu pun menjadi hari yang misterius baginya, setelah yakin atas pernyataan yang ada di benak fikiran nya tersebut, ia pun tak ingin ambil pusing. Segera ia matikan Netbook nya yang masih kuat menyala itu, dan pergi mencari guling kesayangannya untuk pergi ke alam mimpi, mungkin perasaan risau nya tersebut dapat terobati setelah pergi tidur.

BAB IV
“Sore sayangkuu, kamu lagi apa?” tanya Nanda saat menelepon Femi
“Gua lagi tidur !” jawab Femi setengah sadar
“Yah, aku ganggu yaa?”
“Ganggu banget !” jawab Femi dengan entengnya
“Yowes, maaf yaa kalo aku ganggu kamu..”
“Hmmm..”
Tuttt.. tutt..
Belum sempat Nanda mengucapkan salam untuk mengakhiri telepon darinya, tapi Femi yang berada di seberang sana telah mengakhiri telepon tersebut terlebih dulu. Mungkin orang mengira itu sangat kejam bagi sosok Femi yang telah mengabaikan cowok lugu macam Nanda, cowok yang baru pertama kali pacaran. Yang masih malu-malu kucing bila bertemu dengan Femi, dan cowok yang masih bingung apa yang ia harus lakukan jika berhadapan dengan Femi. Tapi inilah kenyataan, Femi memang tak ada rasa apa pun terhadap Nanda, ia menerima nya hanya karena Nanda adalah cewek yang pintar dan lumayan cool, selebih itu enggak. Mungkin ini memang sudah menjadi takdir Nanda, ia seharusnya tidak memilih Femi untuk menjadi kekasih hatinya, jikalau akhir-akhirnya ia dan perasaan nya pun harus terabaikan oleh Femi, seorang cewek yang sangat dicintainya itu, butuh kesabaran dan keuletan luar biasa untuk meluluhkan hati Femi yang telah beku karena cerita cinta masa lalu nya yang kelam. Tapi kini Nanda mencoba untuk merubah segalanya, hari-hari Femi yang dulu tidak mempunyai sisi menarik dari hidupnya karena trauma cinta masa lalunya, sekarang mulai terobati karena sosok Nanda yang mempunyai rasa care yang luar biasa pada Femi, walaupun sering sekali terabaikan, tapi ia tak pantang menyerah, tetap semangat untuk meluluhkan hati Femi tersebut.
“Aku sering sekali mengabaikan perasaan nya, perasaan yang polos akan cinta. Aku memang kejam pada nya, dan aku tak mengerti mengapa aku bisa melakukan perbuatan itu pada orang se-lugu dia. Aku hanya menganggap ia teman biasa, padahal baginya aku itu lebih dari teman yang biasa ia anggap sebagai tempat mencurahkan suka dan dukanya. Dan suatu ketika ia membuktikan betapa besar rasa cintanya kepadaku, ia datang membawa sepucuk mawar penuh cinta dan mengejutkan malamku. Entah apa yang membuatnya begitu.. aku pun tak tauu.. tapi aku menghargai ketulusan nya, ketulusan akan cinta nya padaku, hanya satu kata yang bisa aku ungkapkan, terima kasih sayangkuu..”
Setelah menyelesaikan bait dari kutipan novelnya tersebut Femi pun bergegas pergi meninggalkan Netbook nya, karena sejak tadi bel rumah nya terus berdering, memanggil penghuni rumah yang berada di dalamnya. Dan seketika pun ia terheran-heran, telah berdiri sesosok laki-laki yang ia kenal dengan menggunakan kemeja garis-garis, dan jeans abu-abu.
“Nanda? Ngapain lu malem-malem kesini?” tanya Femi
“Ini buat kamu Fem !” kata Nanda
Ternyata ia membawa sepucuk bunga mawar merah tak berduri yang terbungkus oleh plastik bening penuh dengan corak hati warna-warni. Femi pun terdiam, sepertinya ia pernah menuliskan kejadian yang persis seperti ini pada kutipan novelnya ataukah kejadian ini hanya de’ javu semata? Sungguh saat itu ia hanya ingin menjatuhkan dirinya dari lantai 13 agar ia tersadar dari mimpi yang membuat nya resah.
“Hei.. ini buat kamu !” Nanda yang saat itu melihat Femi dengan tatapan kosong, segera menyodorkan bunga tersebut kepada Femi
“Oh.. iyaa makasih yaa !” ucap Femi dengan perasaan nya yang masih campur aduk
“Sama-sama sayang, aku pulang dulu yaa.. byee !”
“Oh, iyaa silahkan !”
Cepat-cepat ia berlari ke dalam rumah setelah Nanda telah luput dari pandangan matanya. Mencari letak kamar mandi, yang terdapat air di dalamnya, mengusapkan mukanya dengan segayung penuh air. Dan berharap bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi semata, tapi takdir berkehendak lain, kejadian tadi pun merupakan sebuah kenyataan yang tak bisa ia pungkiri. Seketika ia bergegas menuju kamarnya, dan pergi tidur dengan perasaan hatinya yang bingung, heran, dan aneh. Semoga saja dengan tidur semua perasaan gundah nya dapat terobati.