Rabu, 21 Desember 2011
Diposting oleh
Femillia
di
21.53
BAB V
“Alamak hujan apa ini?”
Seketika Femi terbangun dari lelap tidurnya, terbangun dengan perasaan kesal dan marah. Karena papa yang sedari tadi mencoba membangunkan nya mulai putus asa dan mengambil alternatif yaitu menyiramkan air ke wajah lucu anaknya tersebut. Jam weker di dekat telinga nya pun tidak mampu membangunkan si tukang molor tersebut.
“Ayoo cepet mandi, liat udah jam berapa nih !” omel papa sambil menyodorkan jam weker ke hadapan Femi
“Iya iya Femi tau kok pa”
Wajah nya yang kusut dan bajunya yang lepek karena segayung air tadi, mengiringi langkah kakinya menuruni tangga dengan perasaan yang campur aduk. Mencari handuk dengan mata yang masih merem-melek, dan jalan yang masih sempoyongan menyebabkan ia lupa untuk meletakan odol di sikat giginya pada saat ia mulai mandi. Papa yang sedari tadi heran melihat tingkah laku anaknya tersebut itu hanya tersenyum sinis tanpa maksud tertentu.
“Femi.. sarapan !” teriak mama dengan lantangnya
Mama yang sedari tadi memanggil Femi membuat fikiran nya tambah ruwet, belum selesai ia memakai baju seragamnya tetapi alarm hidupnya itu sudah berdering dan memanggil namanya dengan suara yang membuat tetangga se-kelurahan bisa tutup kuping.
Setelah sarapan dan memakai sepatu nike kesayangan nya, ia pun mulai bergegas pergi ke sekolah. Perjalanan yang lumayan jauh membuat ia menguap beberapa kali di dalam mobil. Setelah sampai di sekolah hal yang terduga pun terjadi, sesuai dengan pernyataan nya di netbook yang ia tulis tadi malam.
“Dan suatu ketika, ia merubah segalanya. Dari sisi tingkah laku dan fisiknya, sekejap aku pun heran melihat dia, mungkin karena aku menginginkan hal yang lebih terhadapnya. Hal lebih yang membuat ia mencoba menjadi sosok yang berbeda.”
“What? Apa yang terjadi dengan pacarku ini? Penampilan nya berubah 180 derajat lebih cool dari sebelumnya, sikapnya pun sama, berbeda dari biasanya !” protes Femi dalam hati.
Dan pada waktu yang sama, tiba-tiba Dila menghampiri sosok cowok tampan nan keren tersebut. Ia heran dan bertanya apa yang membuat Nanda merubah segalanya? Dan mulai saat itu Dila mulai tertarik untuk dekat dengan Nanda, bukan hanya Dila. Teman perempuan yang lainnya pun bertingkah sama seakan akan mencari perhatian dari sosok Nanda.
Entah mengapa hati Femi geram melihat tingkah laku teman-temannya itu. Tak bisa ia pungkiri bahwa hatinya saat ini sedang gundah, perasaan cemburu dan sakit hati pun memburamkan hati dan fikirannya. Ingin sekali ia menghampiri teman-temannya itu dan membunuh mereka satu persatu, tapi apa daya ia hanya sesosok perempuan yang mempermainkan hati Nanda, bukan arti pacar secara utuh di mata teman-temannya.
“Ia pun hanya diam terpaku melihat kejadian tersebut, air mata nya pun tak bisa dibendung lagi, dengan perasaan haru dan kecewa ia berlari ke arah toilet di belakang sekolah. Mencari wastafel yang terdapat air di kerannya, dan melirik ke arah kaca yang ada di depannya. Perlahan ia bangkit dari keterpurukannya, melihat sisi baik dari kejadian yang ia alami, mencoba tersenyum di atas jeritan hati kecilnya. Dan mencoba tertawa di atas penderitaan batinnya.”
Entah mengapa kejadian yang sama pun terulang sesuai dengan isi kutipan novelnya tersebut. Femi yang saat itu tak berdaya melihat tingkah laku teman-temannya segera berlari ke arah toilet di susul dengan teman sebangkunya Vina yang sedari tadi melihat kejadian tersebut. Dirangkulnya teman yang sedang sedih itu, dan dihiburnya dengan kata-kata penyemangat. Kini Femi kembali bersinar matanya berbinar-binar bak orang yang tak memiliki kesedihan. Ya apa mau dikata, Nanda berubah juga karena permintaannya jadi ia harus terima resiko dari pernyataannya tersebut.
Kini Femi menyadari untaian-untaian kata pada setiap kutipan novelnya itu bermakna dan bisa terlaksana di dunia nyata. Padahal novel tersebut hanya berbau fiksi yang selama ini tak pernah di rencana kan sebelum nya.
“Hmmm.. kini gua hanya bisa meratapi nasib, semua sudah terlambat sebagian dari kutipan novel ini sudah terlaksana pada dunia nyata, yaa apa mau dikata gua harus melanjutkannya !” ucap Femi dalam hati
Kemudian muncul lah sebuah ide untuk membuat satu paragraf pada novel tersebut. Ia hanya bisa menangis haru sambil mengetik rangkaian kata-kata terakhir dari novelnya. Air mata nya pun menetes satu demi satu, membuat sebuah novel yang berakhir dengan kebahagiaan. Tapi siapa sangka, akhir dari novel tersebut bukan membahas tentang kisah cinta Femi dan Nanda, tapi merupakan pengkhianatan dan kebahagiaan yang di peroleh oleh Dila.
“Kini kau telah menjadi miliknya, miliknya yang membuat ku hanya bisa ternganga, meratapi hari-hari tanpa kegembiraan bersama dan melihat kebahagian yang ditontonkan oleh kalian berdua, serta merasakan pengkhianatan yang luar biasa karena kau lebih memilih dia.”
Akhir dari novel tersebut memang tragis, menceritakan sesosok Nanda yang berpaling pada cewek bernama Dila. Tapi apadaya Femi itu tidak pantas bersama Nanda, ia hanya seorang perempuan yang mempermainkan anak lugu seperti dia.
“Kini ia mulai mencintainya, mencintai seseorang yang dulu tak diharapkannya. Memuja orang yang dulu disakitinya, dan mengejar imipian untuk mendapatkannya setelah dulu telah ia campakkan, hanya satu kata yang ada di benaknya saat ini, penyesalan”
“Kenapa gua bisa suka sama dia? Dia ntu Cuma cowok tolol yang gak tau apa-apa. Dan kini gua ngerasa cinta sama dia, karena dia udah ngerubah hidup gua, ngajarin gua artinya pengorbanan dan kesabaran. Dia berubah demi gua? Biar gua gak malu pacaran sama cowok kuper? Astaga, gua pengen lu balik kayak yang dulu, yang selalu bikin gua kesel karena tingkah lu yang kuper. Gua gak mau lu kayak sekarang, please gua udah sayang sama lu, bahkan cinta.” Teriak Femi di dalam kamar mandi
Mungkin ini karma bagi Femi yang telah mencampakan Nanda saat itu. Kini disaat ia mulai mencintai Nanda, perasaan Nanda kepadanya telah luntur akibat kelakuan nya sendiri, hanya penyesalan yang ia rasa sekarang. Penyesalan yang tiada unjungnya, yang selalu melihat Nanda bahagia berbagi canda dan tawa bersama cewek pujaan hatinya.
3 minggu kemudian...
Luput dari kesedihan dia mulai mencoba melupakan kejadian tersebut yang membuat hatinya mati rasa. Tiba-tiba handphone nya berdering,
1 message received
Nanda
“Kenapa dia? Kenapa harus dia kembali ke kehidupan gua lagi? Udah cukup penderitaan gua, cukup !” jerit Femi dalam hati
Femi gua minta maaf, gua mau kita sahabatan kayak dulu lagi ya. Dila udah ngelupain gua, dia selingkuh sama cowok lain, maafin gua ya Fem
Seketika Femi kaget melihat sms itu, buru-buru ia membuka Netbook kesayangan nya.
“Perasaan gua gak nulis lagi deh tentang seluk beluk novel ini, kenapa novel ini berlanjut? Gua juga gak nulis kalo Nanda bakal minta maaf sama gua? Hayoo, kenapa ini? Alurya berubah, apa maksud dari ini? Kenapa bisa gini?” oceh Femi dengan pusingnya.
Setelah mereka kembali bersahabat, lambat laun perasaan suka satu sama lain saling tumbuh, Nanda dan Femi tidak dapat memungkirinya, dan kemudiaannn...
KITA JADIAN !!! Teriak Femi dan Nanda pada teman-temannya sesaat setelah peristiwa tembak menembak berlangsung... hehehe
SELESAI~
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar