Rabu, 21 Desember 2011
Diposting oleh
Femillia
di
21.54
BAB III
“Dan sampai saat ini tak ada jawaban untuk nya, sepatah kata pun tak pernah terlintas di benak fikirannya untuk menjawab pertanyaan rumit tersebut. Dan suatu ketika ia meminta, meminta jawaban atas pertanyaan nya, dan saat itu pun kebingungan melanda, tiba-tiba terucap kata dari bibir manisnya, kata yang membuat dirinya terbang melayang, dan saat itulah dimulai cerita mereka berdua, cerita tentang aku dan dia.....”
“Gilaa.. novel lu galau abis Fem, wah.. wah.. anggota Ababil bertambah dah ! wkwk” cakap Vina dengan ledeknya
“Kutipan novelnya aja udah galau gini, apalagi novel utuhnya emang berbakat lu Fem jadi novelis !” ucap Vina lagi
“Ssstttttt.. berisik amat sih lu, daritadi ngoceh mulu ! ketus Femi
Tiba-tiba berdiri seseorang di depannya, sosok yang membuatnya luluh seketika, dia adalah Nanda datang menghampiri Femi dengan meminta jawaban atas pertanyaan nya Minggu lalu, seketika hening menggelayuti mereka berdua, Vina yang berada di sebelah Femi seketika menjauh dari keadaan yang hikmat tersebut.
“Gimana? Masih butuh waktu buat mikir lagi?” tanya Nanda dengan gugupnya
“Hmm.. enggak kok !” jawab Femi dengan santainya
“Trus apa jawaban lu?”
“Hmm.. iyaa deh..”
“Maksudnya ‘iyaa’ apa nih? Elu nerima gua Fem? Elu mau jadi pacar gua Fem?”
“Iyaaa.. bawel !”
Seketika mendengar pernyataan Femi tersebut Nanda yang gugup pada awalnya langsung berteriak kencang, entah apa yang membuatnya seperti itu. Tapi terlihat dari raut wajahnya yang sumringah sekaligus senang. Dan semua teman-teman kelasnya pun menghujani mereka dengan ucapan selamat. Selamat untuk status baru mereka yaitu “berpacaran”
“Seketika berdering telepon genggamku, yang ku pegang erat di tangan mungilku. Perlahan ku buka, dan ku baca. Ternyata pesan darinya, dari dia yang ku tunggu dan ku nantikan. Terlihat beberapa kata teruntai, kata yang membuat hatiku seketika meledak seperti bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, dan ucapan yang membuatku dag-dig-dug, yaitu ucapan sayang dari dirinya..”
Setelah menulis satu bait dari kutipan novel tersebut, tiba-tiba handphone Femi pun berbunyi. Pesan dari Nanda, kalimat tersebut pun muncul di layar handphone nya . Seketika ia pun terdiam, entah apakah arti keadaan ini ataukah suatu kebetulan semata, disaat ia sedang membayangkan sesosok Nanda dalam cerita fiksinya, beberapa menit kemudian hal tersebut terjadi di dunia nyata.
“Ah.. mungkin ini hanya sebuah kebetulan !” ucap Femi
Dan siang itu pun menjadi hari yang misterius baginya, setelah yakin atas pernyataan yang ada di benak fikiran nya tersebut, ia pun tak ingin ambil pusing. Segera ia matikan Netbook nya yang masih kuat menyala itu, dan pergi mencari guling kesayangannya untuk pergi ke alam mimpi, mungkin perasaan risau nya tersebut dapat terobati setelah pergi tidur.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar