Rabu, 21 Desember 2011
Diposting oleh
Femillia
di
21.53
BAB IV
“Sore sayangkuu, kamu lagi apa?” tanya Nanda saat menelepon Femi
“Gua lagi tidur !” jawab Femi setengah sadar
“Yah, aku ganggu yaa?”
“Ganggu banget !” jawab Femi dengan entengnya
“Yowes, maaf yaa kalo aku ganggu kamu..”
“Hmmm..”
Tuttt.. tutt..
Belum sempat Nanda mengucapkan salam untuk mengakhiri telepon darinya, tapi Femi yang berada di seberang sana telah mengakhiri telepon tersebut terlebih dulu. Mungkin orang mengira itu sangat kejam bagi sosok Femi yang telah mengabaikan cowok lugu macam Nanda, cowok yang baru pertama kali pacaran. Yang masih malu-malu kucing bila bertemu dengan Femi, dan cowok yang masih bingung apa yang ia harus lakukan jika berhadapan dengan Femi. Tapi inilah kenyataan, Femi memang tak ada rasa apa pun terhadap Nanda, ia menerima nya hanya karena Nanda adalah cewek yang pintar dan lumayan cool, selebih itu enggak. Mungkin ini memang sudah menjadi takdir Nanda, ia seharusnya tidak memilih Femi untuk menjadi kekasih hatinya, jikalau akhir-akhirnya ia dan perasaan nya pun harus terabaikan oleh Femi, seorang cewek yang sangat dicintainya itu, butuh kesabaran dan keuletan luar biasa untuk meluluhkan hati Femi yang telah beku karena cerita cinta masa lalu nya yang kelam. Tapi kini Nanda mencoba untuk merubah segalanya, hari-hari Femi yang dulu tidak mempunyai sisi menarik dari hidupnya karena trauma cinta masa lalunya, sekarang mulai terobati karena sosok Nanda yang mempunyai rasa care yang luar biasa pada Femi, walaupun sering sekali terabaikan, tapi ia tak pantang menyerah, tetap semangat untuk meluluhkan hati Femi tersebut.
“Aku sering sekali mengabaikan perasaan nya, perasaan yang polos akan cinta. Aku memang kejam pada nya, dan aku tak mengerti mengapa aku bisa melakukan perbuatan itu pada orang se-lugu dia. Aku hanya menganggap ia teman biasa, padahal baginya aku itu lebih dari teman yang biasa ia anggap sebagai tempat mencurahkan suka dan dukanya. Dan suatu ketika ia membuktikan betapa besar rasa cintanya kepadaku, ia datang membawa sepucuk mawar penuh cinta dan mengejutkan malamku. Entah apa yang membuatnya begitu.. aku pun tak tauu.. tapi aku menghargai ketulusan nya, ketulusan akan cinta nya padaku, hanya satu kata yang bisa aku ungkapkan, terima kasih sayangkuu..”
Setelah menyelesaikan bait dari kutipan novelnya tersebut Femi pun bergegas pergi meninggalkan Netbook nya, karena sejak tadi bel rumah nya terus berdering, memanggil penghuni rumah yang berada di dalamnya. Dan seketika pun ia terheran-heran, telah berdiri sesosok laki-laki yang ia kenal dengan menggunakan kemeja garis-garis, dan jeans abu-abu.
“Nanda? Ngapain lu malem-malem kesini?” tanya Femi
“Ini buat kamu Fem !” kata Nanda
Ternyata ia membawa sepucuk bunga mawar merah tak berduri yang terbungkus oleh plastik bening penuh dengan corak hati warna-warni. Femi pun terdiam, sepertinya ia pernah menuliskan kejadian yang persis seperti ini pada kutipan novelnya ataukah kejadian ini hanya de’ javu semata? Sungguh saat itu ia hanya ingin menjatuhkan dirinya dari lantai 13 agar ia tersadar dari mimpi yang membuat nya resah.
“Hei.. ini buat kamu !” Nanda yang saat itu melihat Femi dengan tatapan kosong, segera menyodorkan bunga tersebut kepada Femi
“Oh.. iyaa makasih yaa !” ucap Femi dengan perasaan nya yang masih campur aduk
“Sama-sama sayang, aku pulang dulu yaa.. byee !”
“Oh, iyaa silahkan !”
Cepat-cepat ia berlari ke dalam rumah setelah Nanda telah luput dari pandangan matanya. Mencari letak kamar mandi, yang terdapat air di dalamnya, mengusapkan mukanya dengan segayung penuh air. Dan berharap bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi semata, tapi takdir berkehendak lain, kejadian tadi pun merupakan sebuah kenyataan yang tak bisa ia pungkiri. Seketika ia bergegas menuju kamarnya, dan pergi tidur dengan perasaan hatinya yang bingung, heran, dan aneh. Semoga saja dengan tidur semua perasaan gundah nya dapat terobati.
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar